Pages

My Memori

DEBUR ombak kecil memeluk erat kakiku. Buih-buih pasir pantai menggenggam erat jemari kakiku. Cuaca sore ini begitu hangat. Kudangakkan kepalaku ke atas, kulihat disana ada awan kemerahan yang begitu indah. Di tenfgah awan-awan itu, kulihat matahari melambaikan tangannya. Ia akan pulang. Sungguh sore yang begitu indah.
Kini, aku terduduk di bibir pantai. Ku biarkan saja ombak kecil memeluk erat kai-kakiku. Tiba-tiba, aku dikagetkan sebuah gelombang frekuensi yang memancar dari mulut seorang perempuan. Sura indah dari perempuanku. Kekasih hatiku.
Diana namanya. Rambutnya ikal berwarna hitam agak kemerahan. Matanya bulat. Korneanya sedikit berwarna coklat. Kulitnya putih bersih. Hari ini, ia tampak begitu segar dengan kaus tie dye bercorak hati yang di pakainya.
Hari ini adalah hari peringatan hari jatuh cinta kita yang kelima. Bukan hari jadian. tapi, hari jatuh cinta. Kita memang tak pernah menganggap hari jadian sebagai hari resmi kita. Tapi, hari yang kita anggap resmi adalah hari dimana kita saling jatuh cinta. Saat pertama kita bertukar pandang.
Aku sangat mencintai Diana. Dengan kesederhanaan, keanggunan, dan semuanya. Diana tampak seperti seorang malaikat yang turun dari kayangan. Dia sepertinya memang dikirim ke bumi untuk merubah hidupku. Kawan, tidakkah kau tau, bahwa sebelum berkenalan dengan Diana, aku adalah seorang yang sangat “berbeda”.
Aku begitu malas. Bahkan untuk sekolah, aku sering membolos. Aku sering linglung. Semua ini adalah akibat dari kepergian mantanku, meli, untuk selama-lamanya.
Diana adalah mimpi baru untukku. Setelah 3 tahun aku sendiri dalam kebingunganku, ia tiba-tiba datang, lalu masuk ke kehidupanku begitu saja. Tanpa permisi.
Kami berkenalan di sebuah pulau yang amat indah. Aku masih ingat persis momen itu. Tangerang, 31 Agustus 2001. kala itu aku sedang berlibur. Menikmati keindahan pulau itu bersama keluargaku.
Dia adalah seorang gadis asli Tangerang. Umurnya sama denganku. Ia juga sekolah di tingkat yang sama. Kami sudah menghabiskan waktu cukup lama.